NEWS
Dari Iseng hingga Prestasi: Perjalanan Restika Nduru Menuju PON 2024
Rabu, 4 September 2024 | 19:32 WIB
PON XXI - Dari Iseng hingga Prestasi: Perjalanan Restika Nduru Menuju PON 2024
Langit sore yang memerah di Rantauprapat, sebuah kota kecil di Sumatera Utara, menjadi saksi bisu lahirnya seorang anak perempuan yang kelak menorehkan sejarah.
Namanya Restika Nduru, atau akrab disapa Resti. Kelahiran 12 Oktober 2002 ini mungkin tampak biasa di mata banyak orang, namun siapa sangka bahwa ia akan berdiri di antara para atlet terbaik, siap mengharumkan nama Sumatera Utara di arena Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 lewat cabang olahraga Gateball.
Resti, saat ini adalah mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia. Namun, menjadi atlet sebenarnya bukanlah cita-citanya. Bahkan mengenal Gateball pun tidak pernah terlintas di benaknya. Semuanya dimulai dari keisengan, hanya untuk mengisi waktu di tengah jeda panjang perkuliahan akibat pandemi Covid-19.
Di tengah kekhawatiran yang menyelimuti dunia, Resti menemukan ketenangan di Lapangan Gateball kampusnya. "Saya mulai mengenal Gateball di Lapangan Gateball Sari Mutiara. Waktu itu, kuliah banyak dilakukan daring, dan saya sering merasa bosan di kos. Kemudian, saya mencari kegiatan lain," kenangnya. Ajakan seorang kakak senior membawanya ke lapangan itu, dan sejak saat itu, kehidupannya berubah drastis.
Di awal, Gateball tampak seperti permainan yang sederhana, hanya memukul bola dan berjalan di lapangan. Namun, semakin Resti mendalami olahraga ini, semakin ia menyadari kompleksitas yang tersembunyi di balik setiap pukulan. "Gateball bukan sekadar memukul bola. Ada strategi yang harus dipikirkan dan diterapkan saat bermain," ungkapnya dengan penuh semangat.
Semakin ia terlibat, semakin besar pula rasa cintanya terhadap olahraga ini. Berbagai turnamen diikutinya, dan tak lama kemudian, ia terpilih untuk mewakili kampusnya di ajang Pekan Olahraga Kota (Porkot), yang kemudian berlanjut ke Kejuaraan Nasional (Kejurnas) di Yogyakarta pada tahun 2022. Dari sekian banyak atlet perempuan yang diseleksi, Resti berhasil masuk dalam tim Sumut, meraih perak di nomor triple putri, dan masuk delapan besar di nomor beregu putri.
Namun, perjalanan menuju PON 2024 bukanlah tanpa rintangan. Seleksi demi seleksi harus dilalui, dan beberapa rekannya terpaksa mundur karena tidak memenuhi standar yang ditetapkan. Resti bersyukur bisa bertahan hingga kini, meskipun di tengah perjalanan itu, ia harus menghadapi penentangan dari keluarganya sendiri. Orang tuanya khawatir jika Resti akan mengabaikan kuliahnya demi olahraga yang baru dikenalnya. Namun, Resti mampu membuktikan bahwa semangatnya di dunia olahraga tidak mengurangi dedikasinya di bidang akademik. Kini, di tengah persiapannya menuju PON 2024, ia tinggal menunggu hari wisudanya.
Perjuangan Resti tidaklah sia-sia. Kini, ia berdiri tegak, membawa nama Sumatera Utara sebagai salah satu atlet andalan. Ia tidak pernah menyangka, bahwa perjalanan yang dimulai hanya untuk mengisi waktu luang, bisa membawanya sejauh ini.
Saat ditanya tentang persiapannya menghadapi PON 2024, Resti tidak menganggap remeh para pesaingnya. Ia menyadari bahwa setiap provinsi memiliki atlet-atlet terbaik. “Kalau sudah ada rasa meremehkan di diri atlet, itu tidak baik,” ujarnya tegas.
Sebagai tuan rumah, Resti berharap tim Gateball Sumut bisa memanfaatkan keunggulan bermain di rumah sendiri untuk meraih emas. Dengan semangat membara, ia bertekad agar Sumatera Utara tidak hanya menjadi penonton di tanahnya sendiri. "Harapan saya tidak muluk-muluk, target emas harus tercapai. Sebagai tuan rumah, kita tidak boleh hanya jadi penonton. Ini kesempatan besar untuk atlet Gateball Sumut," ungkapnya penuh keyakinan.
Pertandingan Gateball di PON 2024 dijadwalkan dimulai pada 15 September di Lapangan Pergatsi Sumut. Di sana, Resti siap membuktikan bahwa semangat dan ketekunan bisa mengalahkan segala rintangan, termasuk keraguan yang pernah muncul dari keluarga terdekatnya. Ini bukan sekadar tentang pertandingan, tetapi tentang perjalanan seorang anak manusia yang menemukan jalannya sendiri, meski pada awalnya ia tertatih-tatih.
(PB PON XXI/Adelina Savitri Lubis)