PON XXI - Istana Maimoon, ikon megah di Kota Medan, menjadi simbol kejayaan Kesultanan Melayu dan akulturasi budaya yang memikat wisatawan. Diresmikan pada 28 Agustus 1888, istana ini tak hanya menawarkan kemegahan Kesultanan Melayu, namun juga menjadi bukti perpaduan budaya Eropa, Persia, dan Melayu yang terlihat di setiap sudut bangunannya.

PON XXI - Dibangun oleh Sultan Ma’moen Al-Rasyid Perkaya Alamsyah, Istana Maimoon dirancang oleh Kapten Theodore van Erp, seorang arsitek Belanda, yang menggabungkan elemen budaya Eropa dan Timur Tengah dengan arsitektur tradisional Melayu. Warna kuning yang mendominasi bangunan melambangkan kekuatan Kesultanan Melayu, sementara motif khas seperti "pucuk rebung" dan "awan boyan" menghiasi atap dan sudut-sudut bangunan, memberikan daya tarik visual yang unik.

Istana ini memiliki luas 2.772 meter persegi dengan 30 ruangan, terdiri dari bangunan induk serta sayap kiri dan kanan. Di ruang utamanya, yang dulu digunakan untuk upacara penobatan Sultan Deli dan pertemuan penting, wisatawan bisa menyaksikan takhta berwarna kuning yang dikelilingi ornamen indah.

Awalnya, Istana Maimoon dibangun sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Deli, menggantikan istana lama di Medan Labuhan. Kejayaan bisnis tembakau Deli memungkinkan istana ini dibangun megah dan kini menjadi tempat tinggal ahli waris Sultan Deli. Bagian utama istana dibuka untuk umum, sehingga wisatawan lokal dan mancanegara dapat berkunjung menikmati sejarah dan keindahan akulturasi budaya yang terdapat di Istana ini.

Sebagai cagar budaya yang diakui berdasarkan Undang-Undang Cagar Budaya 2010, Istana Maimoon terus menjadi destinasi wisata utama di Medan. Pesonanya yang tak lekang oleh waktu dan lokasinya yang strategis dekat dengan Masjid Raya Al Mashun dan Taman Sri Deli Serdang, menambah daya tarik para wisatawan dan menjadi tujuan liburan bagi pecinta sejarah serta keindahan arsitektur.